Tank Berderet di Bank China, Berjaga-jaga dari Protes Nasabah

Diposting pada

Viral video di media sosial menunjukkan sejumlah tank tentara berjaga di jalanan Provinsi Henan, China, untuk melindungi bank dari protes para nasabah. Tank-tank tersebut mencegah nasabah yang berunjuk rasa menuntut pencairan simpanan mereka yang dibekukan.
Dilansir dari India Today, (21/7), ratusan deposan bank di Provinsi Henan menuntut otoritas provinsi membantu memulihkan tabungan dari empat bank desa kecil yang menghentikan penarikan dana. Pembekuan itu membuat mereka tak bisa menarik tabungan.

Hal serupa juga terjadi di People’s Bank of China (PoB) di kota Zhengzhou. Bank membekukan jutaan dolar dalam deposito pada April 2022 lalu dan hanya menjelaskan kepada pemegang rekening bahwa mereka perlu meningkatkan sistem internal.

Pada 10 Juli 2022 lalu, lebih dari 1.000 deposan berkumpul di cabang bank sentra di Zhengzhou untuk menyuarakan protes mereka.

Ketika para demonstran mengangkat spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan korupsi, petugas polisi berseragam dan pria berpakaian putih, yang diduga berasal dari Angkatan Polisi Bersenjata Rakyat China, dengan keras menindas mereka.

Sesuai pemberitahuan Biro Pengawasan Keuangan Provinsi Henan, beberapa nasabah bank di desa dan kota Henan seharusnya mendapatkan kembali simpanan mereka pada 15 Juli 2022 lalu.

Sebelumnya, salah satu nasabah dengan nama samaran Peter menceritakan kesulitan yang dialaminya saat mencoba menarik dana.

Ia menabung sebesar US$6 juta. Saat mencoba mengakses akunnya secara online pada April lalu, ia selalu menemukan pemberitahuan dari bank; situs web itu sedang dalam pemeliharaan sehingga layanan tidak akan tersedia untuk sementara waktu.

Awalnya, ia memaklumi masalah tersebut. Tapi, dua bulan kemudian, layanan tersebut belum juga berhasil dipulihkan.

Belum ada perkiraan resmi mengenai jumlah total dana yang tidak dapat ditarik oleh nasabah. Polisi setempat atau regulator perbankan nasional belum memberikan informasi mengenai masalah itu.

Tetapi, menurut perkiraan sebuah majalah milik negara China yang bernama Sanlian Lifeweek, kemungkinan masalah itu menimpa 400 ribu nasabah.