Semakin Praktis Cara Anak Muda untuk Mengelola Keuangan

Diposting pada

Di awal tahun 2021, Desa Sumurgeneng, Kecamatan jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur “ketiban” rezeki nomplok. Masyarakat setempat mendadak jadi miliarder atas uang ganti rugi tanah pertanian mereka yang dibeli untuk proyek pembangunan kilang minyak Pertamina. Bahkan, desa ini pun menjadi viral. 

Rata-rata uang ganti rugi yang diterima warga sebesar Rp8 miliar, paling sedikit Rp35 juta dan paling banyak Rp28 miliar. Masyatakat pun secara ramai-ramai membeli mobil.

Namun kabar terkini, nasib warga kampung miliarder di Tuban tidak mengkhawatirkan. Karena lahannya sudah tidak ada, masyatakat setempat pun tidak memiliki pekerjaan, uang tersebut kini habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, beberapa warga kampung miliarder terpaksa menjual hewan ternaknya demi menyambung hidup.

Belajar dari desa tersebut, Influencer sekaligus investment storyteller, Felicia Putri Tjiasaka menyarankan sebaiknya jika mendapat rezeki nomplok baiknya bukan hanya dipakai untuk self reward saja. Cukup gunakan 10 persen untuk self reward, sisanya bisa ditabung atau investasikan. 

“Misalnya punya uang tiba-tiba Rp10 juta, yaudah satu juta buat diri sendiri. Sisanya bisa ditabung,” ujarnya dalam acara peluncuran Sampoerna Mobile Banking (SMB).

Namun jika self reward itu bisa membuat ditambah untuk lebih produktif dan mendatangkan rezeki boleh digunakan lebih dari 10 persen. Namun, jika hanya “lapar” mata sebaiknya tidak usah. 

Di Indonesia sendiri, generasi milenial dan gen Z dikatakan memiliki kemampuan manajemen keuangan yang payah akibat gaya hidup yang cenderung lebih boros, sulit menabung, serta tidak terlalu mempedulikan investasi untuk kebutuhan mendatang.

“Ada beberapa faktor yang membuat kaum milenial dan gen Z ini boros dan sulit menabung, seperti akses internet yang memperbolehkan kita melihat dunia yang lebih luas dan juga e-commerce yang mendemokratisasi pembelian barang antar kota, provinsi dan bahkan negara,” tutur Felicia

Felencia mengatakan, dua kemudahan ini, milenial dan gen Z cenderung lebih banyak mau dan kemudian boros.  Ia melanjutkan, tren seperti FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once) yang marak di media sosial, serta tantangan menjadi generasi sandwich (generasi yang harus menanggung hidup orang tua, diri sendiri, dan anak atau adik-adik), membelenggu banyak generasi muda.

Di satu sisi, para generasi muda ini cenderung lebih paham dan teredukasi dengan investasi terkini. Namun, mereka lebih sulit mengatur mindset dan psikologis terkait tren seperti FOMO dan YOLO, jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

“Mungkin karena faktor usia yang masih muda dan belum melewati banyak krisis ekonomi. Oleh karena itu, Gen Z dan Milenial perlu belajar menahan diri terhadap godaan sesaat, memperbaiki mindset investasi dengan menghargai proses dan juga belajar untuk konsisten. Salah satu cara untuk memastikan keuangan yang sehat serta masa depan finansial aman adalah dengan hidup secukupnya, membuat anggaran harian, bulanan, dan tentunya memiliki tabungan plus dana darurat,” tambah Felicia.

Untuk itu Felicia mengatakan untuk mengelola keuangan bisa dengan membuat budgeting dan disiplin, sisihkan bukan disisakan, investasi untuk menambah income, hindari implusive buying.  

What’s On Fimela
powered by

Advertisement

Semakin mudah menabung

Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) melakukan peningkatan layanan mobile banking sekaligus mempertegas identitas layanannya dengan memperkenalkan Sampoerna Mobile Banking (SMB). 

Peningkatan layanan ini dilakukan untuk mempermudah nasabah milenial dalam menabung serta melakukan berbagai transaksi perbankan. Lebih jauh, nilai lebih berupa undian setiap bulan dan triwulanan melalui tabungan Sampoerna Mobile Saving diharapkan menumbuhkan kebiasaan menabung nasabah. 

“Di era yang serba digital ini, kebutuhan nasabah akan transaksi digital semakin meningkat. Sampoerna Mobile Banking merupakan jawaban atas setiap kebutuhan transaksi digital generasi milenial,” tutur Henky Saputra, Finance & Business Planning Director, Bank Sampoerna.

Henky menyatakan, belajar dari krisis ekonomi yang mendadak terjadi, seperti pandemi Covid-19, pentingnya hidup terencana – memiliki tabungan dan hidup hemat semakin terasa.

“Kami ingin membantu menyiapkan generasi milenial sebagai penggerak perkonomian di masa depan dengan memperkenalkan mereka kepada gaya hidup minimalis sebagai salah satu cara untuk belajar bijak dalam pengeluaran dan mengelola keuangan mereka tanpa perlu merasa takut ketinggalan tren. Pola pikir ini diharapkan dapat meminimalisir risiko finansial mereka akibat situasi ekonomi yang dapat memburuk kapan saja dan secara mendadak pada masa mendatang,” tuturnya.