Kalau Beneran Terjadi Resesi, Kita Harus Bagaimana?

Diposting pada

Resesi ekonomi global sudah di ambang pintu. Sejak pandemi COVID-19 terjadi, perekenomian global sudah terasa lesu. Ketika perekonomian hendak bangkit, konflik Rusia-Ukraina memperparah situasi, mendorong negara-negara di dunia mengatur strategi.

Awal Mei 2022 lalu, Presiden Joko Widodo sudah mengutarakan kekhawatirannya mengenai resesi ekonomi global yang mengancam perekonomian sekira 60 negara di dunia. Presiden mengingatkan agar kebijakan strategi ekonomi makro dan mikro nasional dirumuskan secara lebih serius. (sumber CNBC Indonesia)

Situasi di Indonesia saat ini masih adem ayem. Angka pertumbuhan ekonomi di RI di kuartal pertama 2022 sebesar 5,01 persen YOY (sumber: Kompas.com), sedangkan kuartal kedua diperkirakan di atas 5 persen (sumber: Kompas.id).

Angka tersebut nampaknya positif dibandingkan sejumlah negara lainnya. Sementara itu, survei yang dilakukan Bloomberg menempatkan Indonesia di posisi ke-14 dalam daftar 15 negara yang berpotensi mengalami resesi. Artinya, Indonesia memiliki kemungkinan kecil terjadi resesi. (sumber: Kompas.com)

Dilansir dari sumber yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan agar kita tetap harus waspada tentang kemungkinan terjadinya resesi di negara kita. Menteri juga mengatakan bahwa situasi global saat ini bisa terjadi hingga tahun depan.

Tentang angka pertumbuhan ekonomi nasional yang nampaknya baik-baik saja, nampaknya itu selaras dengan situasi di sekitar kita. 

Kita melihat orang-orang masih belanja ke pasar setiap hari, begitu pula mal dan ritel moderen masih ramai didatangi.

Di akhir pekan, mal-mal masih ramai pengunjung. Resto-resto premium di dalamnya misalnya, penuh dengan orang-orang yang ingin makan enak. Kafe-kafe juga masih menjadi destinasi pecinta kopi yang datang sendiri atau pun rame-rame.

Remaja “SCBD” juga nampak hepi JJJ (jalan-jalan jauh) ke wilayah SCBD. Jangan tertipu dengan penampilan street style mereka yang rada nyentrik. 

Outfit beberapa dari mereka terbilang tidak murah. Bekal uang mereka juga cukup lumayan untuk menggerakkan perekonomian di area situ, setidaknya di area sekitar stasiun MRT Dukuh Atas.

Di sisi lain, kehidupan masyarakat yang nampak tenang sebenarnya juga dibayang-bayangi kekhawatiran. Saat ini harga kebutuhan sehari-hari mulai merangkak naik. Kenaikannya bervariasi, bisa kita pantau di laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PIHPS Nasional.

Kabar terkini, harga sebagian produk BBM dan LPG nonsubsidi juga baru naik. (sumber: Kompas.com) Biaya energi yang meningkat biasanya berefek domino di mana harga komoditas dan barang-barang kebutuhan sehari-hari juga ikut terkerek.

Kenaikan biaya energi tidak bisa dihindari. Begitu pula dengan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari yang disebabkan oleh kenaikan harga energi.

Masyarakat harus mensiasati agar uang yang diperoleh cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya sehari-hari. Asap dapur harus tetap mengepul lantaran ada banyak mulut yang harus makan tiga kali sehari.

Harapan kita semua, mudah-mudahan resesi ekonomi global tidak begitu berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Apabila fundamental ekonomi negara kita kuat dan strategi yang diambil pemerintah tepat, dampaknya tidak bakal hebat.

Tetapi seandainya kita terseret ke situasi resesi ekonomi global, rasanya kita perlu mempersiapkan diri mulai sekarang. Baik lajang atau pun keluarga, masing-masing perlu paham jurus berkelit di masa sulit.

Kita tidak tahu apakah situasi yang bakal kita hadapi nanti akan mirip dengan krisis ekonomi parah di penghujung tahun 1990an. Kita pernah terpukul hebat di masa itu. Tapi bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik?

Senyampang ancaman resesi ekonomi masih jauh dari tempat kita berdiri, rasanya kita perlu mempersiapkan diri. 

Beberapa hal berikut rasanya perlu kita lakukan agar kehidupan kita baik-baik saja ketika masa resesi itu tiba.

Hemat pangkal nikmat

Ungkapan “hemat pangkal kaya” kedengarannya baik, tetapi rasanya kurang relevan di tengah situasi resesi. 

Ungkapan “hemat pangkal nikmat” terasa lebih indah dibandingkan “hemat pangkal kaya”. Boro-boro kaya, bisa makan tiga kali sehari saja sudah alhamdulillah.