Berkenalan dengan Mata Uang Digital Bank Sentral: Apa Artinya, dan Apa Keuntungannya?

Diposting pada

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan, hingga akhir tahun 2022, ada setidaknya 11 juta orang investor mata uang digital di Indonesia, jauh lebih besar daripada investor pasar modal yang jumlahnya 7,48 juta orang.  Nilai transaksi mata uang kripto juga bertumbuh mencapai Rp859,45 triliun. Nilai transaksi rerata setiap hari tak kurang dari Rp2,3 triliun. Hal ini membuat jumlah dana himpunannya jauh lebih besar dari total himpunan dana investor pasar modal. Tingginya peningkatan jumlah investor kripto di Indonesia ini membuat para regulator merasa harus mempercepat terbitnya regulasi yang jelas terkait pengawasan aset digital ini. Apalagi, teknologi dan keuangan memang merupakan dua hal yang bak dua sisi mata pisau; bisa menguntungkan dan memudahkan, tetapi di sisi lain juga bisa merugikan. Enggak hanya bagi investor itu sendiri tetapi juga bagi negara secara keseluruhan. Karena itu, beberapa waktu yang lalu sempat terembus wacana untuk segera merilis Central Bank Digital Currency (CBDC), atau mata uang virtual, mata uang elektronik, atau mata uang digital bank sentral. Nantinya, uang elektronik bank sentral ini akan berfungsi sebagai alat pembayaran sah dalam negara, mem-backup sistem moneter, keuangan, dan pembayaran bank sentral, hingga menjadi elemen ekonomi dan pendukung inklusi keuangan. So, ada baiknya juga yuk, kita tahu mengenai mata uang digital bank sentral ini. Pasalnya, kita kan sudah enggak bisa memungkiri bahwa ke depan, kita akan harus semakin banyak berinteraksi dengan teknologi. Dan, ya seperti yang sudah disebutkan di awal deh, teknologi dan keuangan itu memang bak dua sisi pisau, tinggal kita mau memanfaatkan seperti apa. Pastinya, kita pengin manfaat positifnya kan? Manfaat positif bisa kita dapatkan jika kita memahaminya. Table of contents Apa Itu Mata Uang Digital Bank Sentral? Central Bank Digital Currencies, atau CBDC, adalah mata uang digital yang dirilis oleh bank sentral, yang kalau di Indonesia perannya dipegang oleh Bank Indonesia. Cara kerjanya mirip dengan mata uang kripto, hanya saja untuk nilainya dipatok dengan mata uang yang berlaku di negara tersebut. So, kalau di Indonesia ya dengan rupiah. Jadi, secara singkat dan sederhananya, mata uang elektronik bank sentral ini merupakan versi digital dari uang kertas dan koin yang berlaku di negara yang bersangkutan. Mengapa Harus Ada CDBC? Seperti yang kamu tahu, bahwa tak semua negara di dunia mau mengakui mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah. Yah, faktanya malahan baru El Salvador yang secara resmi mengakui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di negara tersebut. Meskipun negara-negara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan beberapa negara lain sudah melegalkannya juga, tetapi belum secara resmi menjadikannya sebagai alat pembayaran. Mata uang kripto—sesuai dengan karakteristiknya—tidak dapat dipengaruhi oleh otoritas mana pun. Semuanya dikelola oleh para pengguna sendiri. CDBC dikontrol, diawasi, dan diregulasi langsung oleh bank sentral, sehingga bisa menjadi alat pembayaran yang sah. Dengan demikian, harganya akan dapat lebih stabil karena ada jaminan dari pemerintah. Berbeda dengan cryptocurrency yang sangat fluktuatif. Sementara, karakteristik digitalnya serupa dengan cryptocurrency, sehingga akan mengadopsi juga  keunggulan mata uang kripto, yakni cepat, mudah, transparan, dan berbiaya rendah. Mata Uang Digital Bank Sentral Indonesia Sampai dengan artikel ini ditulis, 80 negara masih dalam proses kajian rencana peluncuran CDBC-nya masing-masing. Misalnya seperti Amerika Serikat, Inggris, India, Swedia, Kanada, dan yang lainnya. Sementara Nigeria, Bahama, Antigua dan Barbuda, dan sederet negara lain malahan sudah menggunakan mata uang digital bank sentral masing-masing. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Rupiah digital akan dirilis oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral. Sementara, ada 2 jenis mata uang digital bank sentral ini, yaitu CDBC wholesale dan ritel. Oleh IMF, Indonesia disarankan untuk menginisiasi CDBC ritel, mengingat kondisi dan karakteristik masyarakatnya yang lebih banyak menggunakan uang tunai. Dirilisnya mata uang digital bank sentral ini akan menjadi babak baru lagi untuk industri fintech, terutama fintech payment gateway. CDBC akan membuat berbagai transaksi online menjadi sangat efisien dan mudah, terutama dari sisi biaya operasional. UMKM yang sulit mengakses perbankan bisa terbuka peluangnya untuk memiliki digital money, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan bisnisnya.