Alasan Deposito Tetap Menarik Meski Bunga Turun

Diposting pada

Setiap instrumen investasi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergiur imbal hasil (return) yang tinggi itu wajar. Tapi hal yang wajib diperhatikan adalah rasa aman dan nyaman dalam menempatkan dana. Untuk itu, bijak dalam memilih instrumen investasi sangatlah dianjurkan.

Memahami informasi yang sesuai menjadi panduan untuk menentukan pilihan. Rasa percaya diri juga harus ditanamkan pada saat berinvestasi.  Bukan hanya sekadar ikut-ikutan arus, teguh pada pilihan bukan hal yang salah, asal tahu persis dasarnya dan sesuai dengan kebutuhan.

Terbaru adalah kebijakan bank sentral Indonesia yang sudah dua kali berturut-turut menurunkan tingkat suku bunganya (BI 7 day repo rate) pada Agustus dan September 2017 dengan total 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%, setelah bertahan di 4,75% selama 10 bulan sejak Oktober 2016.

Penurunan itu pun direspons oleh perbankan terutama bank BUMN yang berkomitmen untuk menurunkan tingkat bunga simpanan depositonya secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan hanya di 6%, bahkan mengarah sekitar 5%.

Lantas, apakah deposito akan kehilangan daya tariknya bila suku bunganya turun? Apakah akan lebih baik bila beralih ke instrumen investasi lainnya?

Tentu itu tidak menjamin seratus persen Anda akan meraup untung lebih dibanding sekadar deposito. Selalu ada plus-minus sesuai dengan karakter masing-masing instrumen investasi ini.

Anda perlu memahami setiap instrumen sebelum ikut-ikutan menguras deposito Anda dan mengalihkannya ke instrumen investasi lain, seperti yang katanya lebih menguntungkan di saat bunga deposito tak lagi kompetitif.

Nah, langkah yang perlu diambil saat Anda merasa bingung memilih antara mengalihkan atau tetap menempatkannya di deposito, baiknya Anda pikir-pikir dahulu dan pahami untung-ruginya sebelum memutuskan.

Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Risikonya


Kenali risiko-risiko instrumen investasi

Pada saat bunga deposito turun, bukan berarti Anda harus segera mengalihkan investasi ke instrumen lain seperti reksa dana, obligasi, saham, emas, properti, bahkan tabungan yang dianggap lebih menguntungkan. Ada baiknya pelajari dan pahami lebih dahulu karakter masing-masing instrumen investasi itu.

1. Reksa Dana


Pahami instrumen investasi reksa dana

Sistem kerja instrumen ini adalah dikelola oleh manajer investasi. Dana dikelola dengan dimasukkan ke instrumen pasar modal hingga obligasi swasta maupun pemerintah. Sehingga instrumen ini selalu dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan, baik domestik maupun global.

Itu sebabnya return yang ditawarkan dari investasi ini berfluktuatif alias tidak tetap (fixed). Ketika kondisi pasar keuangan bagus, maka kita juga bisa mendulang untung lebih dari investasi ini. Sebaliknya, ketika pasar dalam kondisi suram, maka bukan tidak mungkin kehilangan keuntungan, bahkan modal awal pun bisa tergerus.

2. Saham


Investasi saham

Investasi di saham memiliki risiko yang tidak jauh berbeda dengan reksa dana. Kedua instrumen investasi itu sama-sama dipengaruhi oleh kondisi ekonomi terkini. Bedanya, bila kita investasi di saham, maka kita menjadi bagian dari pemilik suatu perusahaan yang kita beli sahamnya.

Ketika perusahaan itu tumbuh dan berkembang dengan baik, maka pemegang saham pun juga ikut diuntungkan. Dan bila perusahaan itu merugi atau bahkan dinyatakan bangkrut, maka nilai lembar saham perusahaan yang kita pegang pun bisa menguap lenyap begitu saja.

3. Obligasi


Investasi di obligasi

Obligasi memang memberikan imbal hasil atau bunga lebih tinggi dibanding yang ditawarkan deposito. Seperti halnya deposito, obligasi juga memiliki jangka waktu yang ditetapkan untuk mencairkannya. Namun instrumen ini bisa diperdagangkan.

Bahkan kita bisa meraup untung lebih ketika menjual surat utang saat pasar bagus. Namun risikonya juga tidak jauh berbeda dengan saham, kita bisa saja kehilangan dana yang kita investasikan di obligasi ini.

4. Emas


Investasi emas

Investasi emas memang terlihat aman dan stabil. Tetap saja, pergerakan harganya juga dipengaruhi oleh faktor lain. Harga emas sewaktu-waktu bisa berubah tergantung kondisi perekonomian, baik dalam maupun luar negeri.

Kita pun harus rajin memantau harga logam mulia ini setiap hari untuk bisa memutuskan membeli atau menjualnya. Karena harga emas pekan depan atau pada bulan-bulan berikutnya tidak bisa diprediksikan. Naik turunnya harga emas ini juga bisa dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS.

5. Properti


Investasi di properti

Investasi properti memang paling aman dibanding lainnya. Ia sangat tidak terpengaruh kondisi pasar keuangan. Hasil penjualan properti pun juga bisa sangat menguntungkan. Sebab harga properti nyaris setiap tahunnya selalu meningkat.

Namun dalam berinvestasi di properti ini, banyak yang harus diperhatikan. Mulai dari lokasinya apakah strategis atau tidak, hingga biaya-biaya yang timbul seperti biaya perawatan, pajak bumi dan bangunan, serta lainnya.

Belum lagi seringnya butuh waktu yang tidak cepat bila ingin menjualnya. Sudah pasti menjual properti itu tidak semudah menjual kacang goreng bukan? Ketika butuh dana mendadak, kita tidak mungkin bisa mencairkan dana investasi properti ini di hari itu juga.

6. Deposito


Investasi di deposito

Bagaimana dengan deposito?

Tentu kita tidak asing lagi dengan instrumen yang satu ini. Selain memiliki jangka waktu tertentu sesuai dengan pilihan nasabah, deposito juga punya tingkat risiko yang rendah. Bahkan dijamin oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) hingga Rp2 miliar.

Jangka waktu simpanan deposito mulai dari 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun (12 bulan), hingga 2 tahun (24 bulan).

Deposito juga memiliki tingkat bunga tetap selama jangka waktu jatuh tempo yang dipilih. Sehingga kita bisa menghitung sejak awal seberapa besar keuntungan yang akan kita peroleh nantinya. Singkatnya, deposito merupakan investasi yang terukur.

Dan yang pasti, dengan investasi di tabungan deposito ini, maka kita tidak perlu lagi repot-repot mencermati kondisi pasar keuangan dan melakukan transaksi untuk mengamankan uang ketika kondisi pasar keuangan memburuk. Kita tinggal mencairkan deposito ketika sudah jatuh tempo dengan return yang didapat sesuai dengan bunga yang ditetapkan di awal.

Jadi walaupun suku bunga deposito tak lagi sebesar sebelumnya, bukan berarti instrumen investasi ini kehilangan daya tariknya. Kita masih tetap bisa menikmati return yang diperoleh dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, serta kenyamanan dan rasa aman berinvestasi.