7 Cara Menghadapi Portofolio Investasi yang Minus

Diposting pada

Investasi erat kaitannya dengan risiko. Sebelum berinvestasi, pastikan mentalmu sudah dalam keadaan siap karena akan ada waktu dimana portofolio investasi menjadi minus. 

Selama pandemi belum usai, fluktuasi harga saham bisa dikatakan tetap tinggi. Jika sewaktu-waktu portofolio minus, sebaiknya hadapi pakai cara berikut:

1. Ingat Tujuan Investasi 

Tentu sudah ada tujuan yang jelas sewaktu terjun ke dunia investasi. Ingatlah tujuan tersebut saat portofolio milikmu merah. Lihat kapan tujuan tersebut dapat terealisasi, apakah dalam jangka pendek, menengah, atau panjang?

Jika realisasinya dalam jangka menengah atau panjang, maka kamu tak perlu menjualnya sekarang. Waktunya belum tepat karena kondisi bisa saja berbalik arah dalam beberapa hari kemudian yang membuat portofolio milikmu menjadi positif. 

Daripada panik, lebih baik cari cara untuk menenangkan pikiran. Alihkan sesaat pikiranmu untuk aktivitas yang menyenangkan, seperti melakukan hobi yang sempat tertunda.

2. Jangan Terburu-buru Jual

Beberapa orang sering merasa kalau aktivitas sell dapat menyelamatkan kondisi finansialnya dari kerugian, padahal belum tentu. Menjual secara tidak langsung akan menggerus jumlah aset yang kamu miliki. Perlahan-lahan, tapi pasti.

So, tidak perlu terburu-buru menjual kalau nilai investasi menurun. Selagi instrumen yang dipilih menjanjikan di masa mendatang, lebih baik tunggu dan lakukan penjualan saat momennya tiba.

Segelap-gelapnya suatu ruangan, pasti ada sedikit pencahayaan juga. Sama seperti investasi, dimana hari untuk menuai hasil akan tiba asal kamu sabar.

3. Cut Loss Saham yang Kurang Bagus

Jika instrumen investasi pilihanmu adalah saham, sebenarnya tidak apa-apa untuk cut loss. Dengan catatan bahwa saham yang dijual rugi adalah saham yang kurang bagus, misalnya saham gorengan. Sebab, naik turunnya harga saham ini dikendalikan oleh pihak tertentu. 

Harganya dapat naik dalam waktu 30 menit sejak pasar saham dibuka. Lalu, dapat turun menjelang sesi akhir suatu perdagangan. Cukup berisiko!

Persentase kerugian yang disarankan sebelum menjual dapat berkisar 3-5 persen, tergantung dari ambang batas kerugian yang dapat kamu tolerir. Putuskan sendiri, ya!

4. Diversifikasi Investasi

Untuk menekan atau mengurangi risiko kerugian, kamu bisa coba diversifikasi investasi. Misalnya 50% dari total aset yang semula dialokasikan ke saham, bisa kamu alihkan sebagian ke reksa dana atau deposito. 

Ketika kinerja salah satu instrumen menurun, kamu masih mempunyai instrumen lain yang setidaknya memberikan hasil. Jadi, portofolio investasi tidak semuanya merah. 

PR untukmu adalah menentukan jenis investasi yang tepat untuk mendiversifikasi aset. Bandingkan dulu mana yang terbaik berdasarkan tujuan keuangan dan profil risiko guna menghindari adanya penyesalan saat suatu risiko terjadi. 

5. Lakukan Average Down

Average down adalah istilah yang sering digunakan untuk investasi saham. Artinya adalah membeli saham saat harganya turun agar harga pembelian secara keseluruhan menjadi murah. Ketika harga sahamnya naik, maka potensi keuntungan yang didapatkan lebih besar.

Tentu ada jurus untuk melakukan average down, dimana pembelian difokuskan pada saham yang kinerjanya bagus, tapi sedang turun karena pengaruh perekonomian dan isu-isu lain.

Selain itu, lakukan pembelian secara bertahap seperti halnya sebuah piramida. Misalnya, beli 10 lot di harga Rp 560, 10 lot di harga 570, dan seterusnya. Jadi, jangan all in untuk meminimalisir potensi rugi.

6. Ikuti Perkembangan Ekonomi

Sepenting itukah perkembangan ekonomi? Jelas, karena isu ekonomi global akan mempengaruhi kinerja investasi. Tidak hanya saham, tapi juga harga emas, bahkan suku bunga deposito. Berita tentang perkembangan ekonomi akan memberikan insight investasi saat kamu ingin melakukan peralihan modal. 

Mulai dari sekarang, coba sering baca berita, menonton TV atau channel Youtube seputar perekonomian, baik domestik maupun internasional. Setelah itu, lakukan analisis sederhana sebelum membuat keputusan.

7. Tidak Perlu FOMO

FOMO atau Fear of Missing Out adalah istilah yang ditujukan kepada orang-orang yang takut ketinggalan kereta. Karena FOMO, pengambilan keputusan investasi menjadi kurang tepat yang pada akhirnya memperparah kerugian. 

Takut rugi, semua orang juga takut, tapi jangan terlalu berlebihan. Lebih baik amati fluktuasi harganya dan ikuti berita terkait perkembangan instrumen investasi yang dipilih. 

Semakin kamu tenang, pengambilan keputusan menjadi semakin tepat. Portofolio minus pun bukan menjadi persoalan karena kamu menganggapnya sebagai hal biasa. Namanya investasi, tidak selamanya harus untung.